PESAN POLITIK : BERBAGAI BENTUK DAN JENIS
Tujuan Perkuliahan
•
Setelah mengikuti perkuliahan, mahasiswa
diharapkan mampu:
–
menjelaskan makna pesan politik
–
menyebutkan ciri-ciri pesan politik
–
mengidentifikasi dan memberikan contoh berbagai
bentuk dan jenis pesan politik
–
menjelaskan penggunaan pesan politik.
–
Kerangka Perkuliahan
•
POLITIK SEBAGAI PESAN
•
CIRI-CIRI PESAN POLITIK
•
POLITIK SEBAGAI HASIL KEGIATAN SIMBOLIK
•
PENGGUNAAN PESAN POLITIK
POLITIK SEBAGAI PESAN
•
Yang membuat seseorang dikategorikan komunikator
politik adalah isi pesan yang mereka sampaikan berhubungan dengan politik.
•
Secara sederhana, kegiatan politik adalah
kegiatan-kegiatan menyangkut kekuasaan, pengaruh, dan otoritas yang dilakukan
manusia.
•
Dengan demikian, pesan politik adalah
pesan-pesan yang disampaikan komunikator dalam rangka upayanya untuk:
•
mencapai, mempertahankan, dan memperbesar
kekuasaan
•
mempengaruhi orang lain agar bertindak sesuai
dengan keinginan komunikator
•
memperlihatkan atau menunjukkan kekuasaan.
PARADIGMA HAROLD LASSWELL
Ilmuwan politik Harold Lasswell, mengemukakan bahwa
cara yang mudah untuk melukiskan suatu tindakan komunikasi ialah dengan
menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:
Who
———– siapa ?
Says
what ———- mengatakan apa ?
To
Whom ———- kepada siapa ?
With
what channel ———- dengan saluran apa ?
With
what effect ———– dengan akibat apa ?
Pertanyaan
tersebut di atas mengidentifikasi unsur-unsur atau komponen-komponen yang
biasa terdapat pada komunikasi, yaitu : sumber atau komunikator, penerima
(komunikan), pesan (message), saluran (channel) dan tanggapan
atau effect. “Baik diuraikan dalam teori pengalihan informasi yang
sangat canggih, maupun dalam pandangan sosiopsikologis yang provokatif, kelima
dasar Lassewll ini menyajikan cara yang berguna untuk menganalisis komunikasi.”
(Dan Nimmo, 1993 :13)
Meskipun
demikian, memang rumus Lasswell bila digunakan sebagaimana adanya, agak terlalu
sederhana untuk mengorganisasi pembicaraan mengenai komunikasi politik dan
opini publik. Namun kiranya dengan sedikit memodifikasi, paradigma ini sudah
memadai sebagai rujukan untuk membahas komunikasi politik.
Siapa
komunikator politik, mengatakan apa dengan saluran apa, kepada siapa dan dengan
akibat apa akan dibahas satu persatu setelah uraian apa itu komunikasi politik.
KOMUNIKATOR POLITIK (WHO)
Siapa
Komunikator politik ?
Para
komunikator politik, dibandingkan dengan warga negara pada umumnya, suka
ditanggapi lebiih sungguh-sungguh bila mereka berbicara atau berbuat.
Sehubungan dengan itu, di sini kita akan mengidentifikasi tiga kategori para
komunikator politik ini, kemudian akan meninjau unsur-unsur dan segi-segi pokok
peran mereka sebagai pemimpin politik.
PEMBICARAAN/PESAN POLITIK (SAYS WHAT)
Satu hal yang menonjolkan seseorang sebagai “komunikator
politik”, apakah pemimpin itu politikus, profesional atau warga negara yang
aktif (aktivis) ialah ia berbicara politik. Kembali ke paradigma Harold
Laswell, bagi komunikator ini (who atau siapa) yang “mengatakan” (says
what), maka pembicaraan tentang komunikasi politik “mengatakan “ (says what)
itu berisi pembicaraan atau pesan-pesan politik.
Apa
yang membuat sesuatu pembicaraan itu menjadi pembicaraan politik?
Sebagaimana
telah disinggung di muka bahwa salah satu definisi politik adalah “kegiatan
orang-orang dalam mengatur perbuatan mereka dalam kondisi konflik sosial, yakni
usaha untuk merundingkan penyelesaian perselisihan yang dapat mereka terima.”
Negosiasi politik bertujuan mencapai pengertian bersama diantara pihak-pihak
tentang apa makna syarat-syarat persetujuan yang diterima.
Menurut
Davis V. J. Bell, ada tiga jenis kepentingan pembicaraan yang
mempunyai kepentingan politik yang pasti dan jelas sekali politis, yaitu:
pembicaraan kekuasaan, pembicaraan pengaruh, dan pembicaraan otoritas. (Dan
Nimmo, 1993: 75)
- Pembicaraan kekuasaan
mempengaruhi orang lain dengan ancaman atau janji. Kunci pembicaraan
kekuasaan ialah bahwa seseorang mempunyai cukup kemampuan untuk mendukung
janji maupun ancaman, dan orang lain mengira bahwa pemilik
kekuasaan itu akan melakukannya. Jadi, janji, ancaman, penyuapan dan
pemerasan adalah alat tukar pada komunikasi kekuasaan berdasarkan pada
kemampuan memanipulasi sanksi positif atau negatif.
- Pembicaraan pengaruh
tanpa sanksi-sanksi seperti tersebut di atas. Memberi pengaruh (karena
prestise atau reputasinya) dengan berhasil memanipulasikan persepsi atau
pengharapan orang lain terhadap kemungkinan mendapat untung atau rugi.
Pada komunikasi pengaruh alat tukar komunikasinya ialah nasihat,
dorongan, permintaan dan peringatan.
- Pembicaraan otoritas
adalah pemberian perintah. Yang dianggap sebagai penguasa yang sah adalah
suara otoritas dan memiliki hak untuk dipengaruhi. Sumber pengesahan sama
dengan sumber otoritas, yaitu antara lain : keyakinan religius,
sifat-sifat supernatural, daya tarik pribadi, adat , kebiasaan, kedudukan
resmi, dll.
KHALAYAK KOMUNIKASI POLITIK (TO WHOM).
Dengan mengikuti paradigma Lasswell di bagian ini akan kita
bahas mengenai “kepada siapa (to whom) pesan politik itu disampaikan” atau kita
sebut saja dengan istilah khalayak Komunikasi Politik.
Khalayak
adalah sejumlah orang yang heterogen. Mereka menjadi khalayak komunikasi
politik segera setelah mereka “mengkristal” menjadi opini publik. Bagi Dan
Nimmo, opini publik adalah abstraksi dari khalayak komunikasi politik.
Timbul
pertanyaan, apa yang dimaksud dengan opini publik itu. Sebelum sampai pada
jawaban tsb., ada baiknya kita ketahui dahulu tentang pengertian opini. “Opini
adalah tanggapan aktif terhadap rangsangan, tanggapan yang disusun melalui
interpretasi personal yang diturunkan dari dan turut membentuk citra”. Atau
secara sederhana, opini ialah tindakan mengungkapkan apa yang dipercayai,
dinilai, dan diharapkan seseorang dari obyek-obyek dan situasi tertentu.”
Tindakan tersebut bisa berupa pemberian suara, pernyataan verbal, dokumen
tertulis, atau bahkan diam. Singkatnya, tindakan apapun yang bermakna adalah
ungkapan opini.
Setiap
opini merefleksikan organisasi yang kompleks yang terdiri atas tiga komponen :
kepercayaan, nilai dan pengharapan.
Proses
opini adalah hubungan atau kaitan antara (1) kepercayaan, nilai dan usul
(harapan) yang dikemukakan oleh perseorangan di depan umum dengan (2) kebijakan
yang dibuat oleh pejabat terpilih dalam mengatur perbuatan sosial dalam situasi
konflik, yaitu dalam politik.
“Opini
publik sebagai proses yang menggabungkan pikiran, perasaan dan usul yang diungkapkan
oleh warga negara secara pribadi terhadap pilihan kebijakan yang dibuat oleh
pejabat pemerintah yang bertanggung jawab atas tercapainya ketertiban sosial
dalam situasi yang mengandung konflik, perbantahan dan perselisihan pendapat
tentang apa yang akan dilakukan dan bagaimana melakukannya”
SALURAN
KOMUNIKASI POLITIK (WITH WHAT CHANNEL).
Saluran
komunikasi adalah alat atau sarana yang memudahkan penyampaian pesan. Ada tiga
tipe utama saluran komunikasi politik, yaitu: saluran massa, imterpersonal dan
organisasi.
Ada
dua bentuk saluran massa, yaitu (1) komunikasi tatap muka, contoh: seorang
kandiat politik berbicara di dalam rapat umum, dan (2) bentuk kedua
terjadi jika ada perantara yang ditempatkan di antara komunikator dan khalayak.
Dalam bentuk ini media, teknologi, sarana dan alat komunikasi lainnya turut
menyertainya. Misalnya pidato presiden melalui televisi. Kedua bentuk saluran
komuikasi tsb. diatas merupakan tipe utama saluran yang menekankan komunikasi
satu orang kepada orang banyak. Tipe ini oleh Dan Nimmo dinamakan komunikasi
massa.
Tipe
saluran berikutnya adalah saluran komunikasi interpersonal atau antar
personal, yaitu merupakan bentuk hubungan seseorang kepada seseorang
orang lain. Saluran ini pun bisa berbentuk tatap muka maupun berperantara
misalnya menggunakan telepon. Misalnya dalam kampanye Pemilu seseorang kandidat
memasang Hotline telepon yang memungkinkan pendukungnya bisa berbicara secara
pribadi.
Akhirnya,
saluran lewat manusia perangkat ketiga dalam komunikasi politik, yaitu
komunikasi organisasi yang menggabungkan kedua tipe saluran tsb. di atas.
Misalnya melalui sidang, kongres, edaran memorandum dll.
DENGAN
AKIBAT APA (WITH WHAT EFFECT).
Berbagai
ahli telah merangkum akibat potensial dari komunikasi politik dengan menggunakan
kategori sbb:
-
- Akibat kognitif
(menggugah kesadaran), yaitu dapat membedakan akibat politik jangka
panjang dan akibat politik seketika. Konsekuensi komunikasi bisa menjadi
dua dimensi; pertama, informasi awal menciptakan ambiguitas, kedua
menyajikan informasi lebih rinci yang mengurangi dan memecahkan
ambiguitas. Selain menciptakan dan memecahkan ambiguitas dalam pikiran
orang, juga menyajikan bahan mentah bagi interpretasi personal,
memperluas realitas sosial dan politik, dll.
- Akibat afektif
(kecenderungan untuk suka atau tidak menyukai perubahan atas keputusan
akibat komunikasi politik) Empat konsekuensi afektif yang potensial dari
komunikasi politik, yaitu:
·
- bisa menjernihkan
atau mengkristalkan nilai politik.
- bisa memperkuat nilai
komunikasi politik
- bisa memperkecil
nilai yang dianut.
- bisa memindahkan
situasi orang dari persuai yang satu kepada persuasi yang lain.
-
- Akibat
partisipasi, keterbukaan terhadap komunikasi politik dapat
mempengaruhi orang untuk secara aktif dalam politik, di pihak lain bisa
menekan partisipasi politik yang akibatnya bisa:
-
- Primer, jika orang
yang dipengaruhi itu melibatkan diri secara langsung dalam proses
komunikasi politik.
- Sekunder, jika orang
tidak terlibat langsung dalam komunikasi politik terpengaruh oleh
perubahan pada orang yang terlibat.
Konsekuensi
primer dan sekunder dari komunikasi politik itu sangat jelas dalam kampanye
politik.
Nimmo
menyimpulkan bahwa efek penting komunikasi politik, sosialisasi politik,
partisipasi politik, mempengaruhi pemilihan umum dan mempengaruhi para pejabat
dalam mengambil kebijakan politik.
CIRI-CIRI PESAN POLITIK
n Ciri-ciri
dari pesan politik sebagai berikut.
Kategori
|
Rumus
|
Kandungan Isi
|
Kekuasan
|
Jika Anda melakukan
X, maka saya akan melakukan Y.
|
janji, ancaman,
suap, pemerasan
|
Pengaruh
|
Jika Anda melakukan
X, maka Anda akan (merasakan, mengalami …) Y.
|
nasihat, dorongan,
permintaan, peringatan
|
Otoritas
|
Lakukan X.
Dilarang melakukan
X.
|
paksaan
|
Ciri pertama komunikasi politik, dalam arti luas
mengandung pengertian bahwa proses komunikasi tersebut dapat berlangsung
di setiap lapisan masyarakat melalui saluran apa saja yang dapat dipergunakan
dan tersedia. Olehkarena itu para ilmuwan politik menganggap media massa (surat
kabar, radio, TV, dan film) sebagai salah satu saluran melalui mana kegiatan
komunikasi politik dijalankan. Saluran tata muka dianggap sama pentingnya
dengan saluran media massa . Hal ini terlihat dari konsep Almond dengan
kawan-kawannya tentang komunikasi sebagaimana telah disinggung terdahulu.
Masalah
yang timbul dalam studi komunikasi politik menurut versi ilmu politik adalah
bahwa studi komunikasi politik tidak berkembang dengan baik di dalam ilmu
politik, meskipun para ilmuwan politik mengkaji sosialisasi politik,
partisipasi politik dan peranan organisasi politik yang pada hakekatnya
merupakan bidang kajian komunikasi politik.
Ciri yang kedua dari studi komunikasi politik adalah
pentingnya pandangan yang mengatakan bahwa arus komunikasi politik adalah arus
dua arah: ke bawah, yaitu dari penguasa politik/pemerintah kepada rakyat; dan ke
atas, yaitu dari rakyat kepada penguasa politik/pemerintah.
Ciri studi komunikasi politik versi ilmu politik semakin
penting artinya, karena penekanan yang diberikan kepada peranan media massa,
yang berarti dari atas ke bawah.
PESAN POLITIK SEBAGAI HASIL KEGIATAN SIMBOLIK
•
Kegiatan simbolik adalah kegiatan menyusun makna
dan tanggapan bersama terhadap lambang-lambang referensial dan kondensasional
dalam bentuk kata, gambar, perilaku.
•
Sama halnya di bidang-bidang lain, di dalam
politik pun orang mengamati berbagai objek dalam bentuk tanda, isyarat, dan
petunjuk.
•
Mereka mengintrepretasikan objek-objek
itu dengan cara-cara yang bermakna, dan dengan demikian membentuk citra mental
tentang objek-objek tersebut.
•
Mereka bertukar citra-citra atau makna-makna itu
melalui lambang-lambang.
•
Proses demikian digambarkan C.K. Ogden dan I.A.
Richards sebagai berikut.
•
Lambang-lambang politik biasanya merupakan
paduan dari lambang referensial dan kondensasional.
•
Perbedaan di antara keduanya adalah:
–
Lambang referensial memiliki makna denotatif.
–
Lambang kondensasional memiliki makna konotatif.
SPEAKING
cara mudah untuk mengingat.
SPEAKING adalah huruf-huruf akronim dari : Setting,
Participate, Ends, Act sequence, Keys, Instrumentalities, Norms, Genres.
Pergeseran unsur manapun menurut Dell Hymes, bisa menunjukkan perubahan
tujuan, strategi atau maksud wacana politik.
- Setting atau
scene (suasana); komunikasi terjadi dalam periode, tempat dan
lingkungan khas; ia bisa formal atau informal, suram, ceria dsb. Suatu
ucapan di dalam sebuah setting bisa diinterpretasikan berbeda dalam
setting yang lain.
- Participants
(peserta); setiap pihak menanggapi suatu pesan yang diberikan, dengan
penuh makna. Misalnya tambahkan seseorang partisipan, maka makna bersama
tentang sesuatu pesan yakni lambang signifikan akan berubah.
- Ends (tujuan)
; Pembicaraan politik biasanya mengharapkan suatu hasil sebagai pusat
perhatiannya, suatu tujuan yang dipillih dalam pikiran pesertanya. Suatu
pergeseran dalam tujuan dapat mengubah makna dan tanggapan terhadap
pesan.
- Act sequence
(urutan tindakan) ; Komunikasi diskursif (berpindah-pindah atau
melompat-lompat) tertulis dan lisan serta bentuk umum bahasa
non-diskursif terjadi sebagai urutan ucapan dan tindakan,. Gangguan pada
urutan itu dapat mengacaukan tanggapan yang bermakna.
- Key (kunci) :
mengacu kepada jenis vokal dan fasial dari pernyataan non-verbal. Hal-hal
seperti nada dan tingkah laku dapat mendukung atau bahkan
meniadakan isi verbal suatu pesan.
- Instrumentalities
(instrumentalitas) : ini mengacu kepada tipe bahasa suatu komunitas
bahasa. Ia dapat menyiratkan suatu jargon khusus dari suatu kelompok.
- Norms (norma)
: Kaidah-kaidah yang tidak diucapkan menentukan komunikasi – jarak ketika
orang bertatap muka, hubungan pandangan diantara mereka, kaidah tata
bahasa, dan sebagainya.
- Genres
(genus) : Mengacu kepada kategori-kategori tindakan komunikasi – pidato,
do’a, guraman, peribahasa, penyelidikan, ucapan salam, ucapan perpisahan
dsb. Misalnya istilah “kawanku sebangsa” adalah genus ritualistik yang
dinyatakan untuk mengidentifikasikan bahwa si pembicara sebagai “salah
seorang anak” bangsa itu.
PENGGUNAAN PESAN POLITIK
•
Dalam menyampaikan pesan, komunikator politik
menggunakan bahasa (lambang) dengan membuat struktur dan memberikan pembatasan
demi kepentingan mereka.
•
Berikut ini adalah bentuk-bentuk pesan yang
digunakan para komunikator politik setelah melalui proses seperti dikemukakan
di atas.
•
Jaminan Semu
•
keamanan terkendali
•
pers yang bebas tetapi bertanggung jawab
•
boleh kritik asal membangun
•
Eufemisme
•
rawan pangan
•
suhu politik memanas
•
prasejahtera
•
Puffery
–
Demokrasi akan membebaskan kita dari
keterpurukan.
–
Negara kita melimpah dengan sumber daya alam.
•
Metafora
–
Perang melawan kebodohan dan kemiskinan
–
Politik dagang sapi
•
Sacred
–
Demokrasi Pancasila
–
Pembangunan
•
Mitos
–
Islam ancaman terhadap Barat.
–
Barat tidak akan pernah membiarkan Islam maju.
–
Kita menunggu datangnya Satrio Piningit/Ratu
Adil.
Sedangkan menurut Edelmam menulis: “Diantara makhluk hidup, hanya manusia yang
merekontruksi kehidupan masa lalunya, mempersepsi kondisi masanya sekarang, dan
mengantisipasi masa depannya melalui lambang-lambang yang mengikhtisarkan,
menyaring, memadatkan, mendistorsikan, memindahkan, bahkan menciptakan apa yang
oleh inderanya dijadikan perhatiannya.”
Pembicaraan
Politik Dilaksanakan Dua Cara Pokok:
- Jaminan. Para
pemimpin politik menggunakan simbol-simbol untuk memberikan jaminan kepada
rakyat bahwa masalah sedang diatasi, meskipun sebetulnya relatif kecil
yang telah dicapai oleh kebijakan yang berlaku. Kepentingan swasta dan
pemerintah menggunakan suatu variasi dari apa yang oleh Bentley disebut
“Struktur pikiran bahasa” untuk memperbesar keuntungannya. Bentuk struktur
pikiran bahasa yang banyak digunakan adalah:
- Eufemisme, yaitu
istilah yang tidak ofensif sebagai pengganti istilah yang dianggap tegas
secara ofensif. Maksudnya agar aktualitas yang jelek itu menjadi diterima
secara lingualistik. Contoh: Penaikkan harga menjadi penyesuaian harga,
sogokan menjadi sumbangan yang tak diminta, penjara menjadi rumah
permasyarakatan, ditahan menjadi diamankan, dll
- Puffery. Kata ini
berasal dari “to puff” yang berarti meniup, membesar-besarkan, atau
menyatakan secara berlebihan masalah penilaian dan opini subyektif dalam
menaksir selera keindahan, kesenangan, popularitas, keawetan, dan
sifat-sifat serupa. Contoh di bidang periklanan : Bangsa kita adalah bangsa
pelaut, bangsa kita adalah bangsa yang peramah di dunia, bangsa kita
adalah bangsa yang pemberani buktinya merebut kemerdekaan cukup dengan
semangat berjuang dan bambu runcing.
- Metafora. Metafora
adalah piranti bahasa yang menerangkan sesuatu yang tidak dikenal dengan
mengidentifikasikannya dengan sesuatu yang lebih langsung, jelas dan
dikenal. Dalam pembicaraan politik, metafora meminta perhatian kepada
hasil-hasil yang diinginnkan dari kebijakan yang diusulkan, sementara
akibat-akibatnya yang kurang menguntungkan disembunyikan. Contoh: yang
ditonjolkan hasil-hasil pembangunan, sementara korupsi dan kolusi tidak
disinggung-singgung.
- Penggerak. Bentuk
bahasa, kebijakan, lembaga dan tindakan para pemimpin politik melaksanakan
fungsi kedua, yaitu melayani kepentingan pemerintah dan swasta dengan
selubung jaminan publik. Mereka juga menggerakkan dan memobilisasi
dukungan untuk bertindak. Contoh, pada sat-saat terancam : perang, krisis
ekonomi, keadaan darurat, – imbauan untuk berkorban dapat membujuk warga
negara untuk menerima atau mendukung. Mitos dan ritual adalah dua bentuk
kata yang sangat penting dalam menggerakkan publik. Misalnya mitos tentang
semangaat dan jiwa juang ’45, semangat dan jiwa orba .
Media Komunikasi sebagai Ajang Propaganda
Politik
Dalam konteks ini, media
dimaksudkan sebagai saluran komunikasi yang mampu menjangkau khalayak luas
(media massa). Media cetak maupun elektronik yang memproduk informasi dan
menyebarkannya secara massif kini semakin banyak jumlahnya. Demikian halnya
kehadiran media online yang mampu menembus ruang dan waktu telah menjadi
ajang segala aktivitas manusia bertransaksi informasi untuk saling memenuhi
kepentingan.
Media komunikasi dalam fungsinya sebagai penyebar berita, pembentuk
wacana, dan pada bagian lain media mampu melakukan framing terhadap
suatu topik tertentu sehingga informasi yang dipublikasikan memiliki sarat
makna ideologi politik yang menyertainya.
Memahami fungsi-fungsi tersebut, tidak menutup kecerdikan
para politisi untuk berkiprah sekaligus memanfaatkan media komunikasi massa
sebagai wadah untuk mengomunikasikan gagasan-gagasan serta taktik politiknya
guna meraih simpati seoptimal mungkin. Misalnya saja, dalam suasana pemilihan
umum, media telah dijadikan alat untuk berkampanye guna meraup dukungan suara.
Sedangkan dalam aktivitas politik sehari-hari - media dijadikan ajang untuk
mempersuasi massa demi pencitraan (lembaga) politik atau aktor tertentu.
Ada
tiga pendekatan persuasi politik, yaitu propaganda, periklanan dan retorika
(Nimmo, 1993). Semua hal tersebut bertujuan (purposif), disengaja (intensional)
dan melibatkan pengaruh; terdiri atas hubungan timbal balik antarorang dan
menghasilkan berbagai tingkat perubahan dalam persepsi, kepercayaan, nilai
serta pengharapan pribadi.
Sementara itu Jacques
Ellul, menyebutkan bahwa propaganda sebagai komunikasi yang digunakan suatu
kelompok terorganisasi, ingin menciptakan partisipasi aktif atau pasif dalam
tindakan-tindakan suatu massa yang terdiri atas individu-individu, dipersatukan
secara psikologis melalui manipulasi yang digabungkan dalam suatu organisasi.
Di tengah menurunnya citra partai beserta
aktor atau pelaku politik yang berdampak pada berkurangnya kepercayaan rakyat
maka para politisi biasanya akan selalu berkelit untuk mempertahankan dukungan
yang pernah diraih. Informasi-informasi yang dikemas dalam bentuk propaganda,
periklanan dan info-info retoris akan terus mengemuka di media komunikasi, atau
media yang konsumsi oleh berbagai kalangan – tak terkecuali media online
yang bersifat interaktif (web 2.0) telah menjadikan ajang strategis guna
meraih simpati publik.
Menghadapi fenomena demikian, setidaknya
kita pun perlu mencermati sekaligus mencerdasi difusi pesan yang disampaikan
melalui persuasi politik yang dikemas dalam berbagai rupa. Mempersepsi
pesan-pesan politik tentunya perlu diawali dengan mengenali dan memahami makna
apa yang terkandung dalam pesan itu sendiri. Jangan sampai kita terjebak pada
kepentingan sepihak dan terlena oleh tawaran pesan yang menggiurkan namun
cenderung tendensius.
Untuk
itu, membincangkan propaganda politik sesungguhnya memerlukan pemahaman cermat
terhadap berbagai aspek dalam sistem komunikasi politik, di antaranya:
institusi politik, institusi media, khalayak, dengan segala karakteristiknya.
Komunikator politik dapat disebutkan sebagai perencana aktivitas dalam
mentransmisikan pesan-pesannya berupa informasi politik yang persuasif
(meyakinkan) sehingga propaganda dapat membuahkan respons berupa dukungan
politik dari khalayak seperti yang mereka harapkan.
PENUTUP
Rumusan kebijaksanaan dan pelaksanaan politik luar negeri
dalam memperjuangkan kepentingan nasional, dari segi komunikasi politik
memerlukan kecermatan dalam memperkirakan berbagai peluang dan tantangan.
Perkembangan dunia internasional dan regional kadang-kadang diwarnai oleh
kegiatan-kegiatan yang membuka berbagai peluang dan tantangan baru. Hal itu
menuntut peningkatan kecermatan dan kemampuan dalam bentuk komunikasi
ppolitik antisipatif untuk mengikuti situasi dunia internasional secara
regional dan global. Idealnya bahwa setiap peluang baru yang tersedia hendaknya
disertai dengan inisiatif baru dan tantangan baru harus dijawab dengan kecanggihan
konseptual.
Sejalan
dengan itu perlu ditingkatkan kemampuan nasional yang meliputi kemampuan
poilitik, kemampuan ekonomi, kemampuan sosial budayaa, kemampuan militer,
kemempuan ilmu pengetahuan dan teknologi, kemampuan administrasi
pemerintah dan kemampuan diplomasi. Keberhasilan upaya mengembangkan
inisiatif-inisiatif dan gagasan-gagasan konseptual baru dalam
propaganda/komunikasi politik internasional tentunya tergantung pada kemampuan
untuk meramu dengan tepat peluang-peluang dan tantangan-tantangan byang
dihadapi berdasarkan tingkat kemampuan nasional yang dimiliki.
Indonesia
secara geografis melihat dirinya bagian dari Pasifik khususnya Pasifik Barat
Daya. Karena itu perkembangan-perkembangan lingkungan eksternalnya di Pasifik
perlu diikuti secara cermat dan antisipatif. Indonesia tidak dapat melepaskan
diri dari pergaulan internasional di Pasifik dan karenanya terpanggil untuk
turut memainkan peranan dalam gelanggang politik internasional, khususnya di Ppasifik
untuk mewujudkan stabilitas regional dalam rangka perdamaian dunia.
Dari
segi komunikasi politik aktual-pragmatik, Indonesia perlu berupaya keras untuk
meningkatkan kemampuan nasionalnya baik dari segi kuantitas maupun kualitas
sehingga dapat memanfaatkan peluang dalam perkembangan terakhir di Pasifik.
Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan salah satu faktor strategis
yang dapat melibatkan orang-orang Indonesia ke dalam berbagai peluang kerjasama
Pasifik masa kini dan masa datang.
Indonesia
perlu membenahi sistem pendidikan, sistem penelitian dan sistem pelayanan
kepada masyarakat secara lebih koprehensif sehingga dapat semakin kaya dalam
data dan informasi tentang Pasifik. Hal ini penting untuk ikut berperan serta
dalam berbagai bentuk pertukaran informasi dan pengalaman dalam arena
internasional di Pasifik. Sehingga pada akhirnya orang-orang Indonesia menjadi
cermat dan obyektif dalam aktualisasi komunikasi politik potensial untuk
memperjuangkan kepentingan nasional.
MAKALAH
PESAN POLITIK : TEKHNIK
PENYAMPAIAN
DI SUSUN OLEH :
NAMA : MAHYUDI EFENDI
NIM : ( 153 101 011 )
MATAKULIAH : KOMUNIKASI
POLITIK
DOSEN :
Dr. Kadri, M.Si
JURUSAN :
KOMUNIKASI PENYIARAN
ISLAM ( KPI )
FAKULTAS :
DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGRI
( IAIN ) MATARAM
2012