Senin, 14 Mei 2012

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI DALAM KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI


EFEKTIVITAS KOMUNIKASI DALAM KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI
EFEKTIVITAS KOMUNIKASI DALAM KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Manusia adalah mahluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dengan struktur dan fungsi yang sangat sempurna bila dibandingkan dengan mahluk Tuhan yang lainnya. Manusia juga diciptakan sebagai mahluk multidimensional, memiliki akal pikiran dan kemampuan berinteraksi secara personal maupun sosial. Di sisi lain, kerena manusia adalah mahluk sosial, maka manusia pada dasarnya tidak mampu hidup sendiri di dalam dunia ini baik sendiri dalam konteks fisik maupun dalam konteks sosial budaya.
Aktifitas interaksi sosial dan tindakan komunikasi itu dilakukan baik secara verbal, non verbal maupun simbolis. Kebutuhan adanya sebuah sinergi fungsional dan akselerasi positif dalam melakukan pemenuhan kebutuhan manusia satu dengan yang lainnya ini kemudian melahirkan kebutuhan tentang adanya norma-norma dan nilai-nilai sosial yang mampu mengatur tindakan manusia dalam memenuhi berbagai kebutuhannya, sehingga tercipta keseimbangan sosial (social equilibrium) antara hak dan kewajiban dalam pemenuhan kebutuhan manusia, terutama juga kondisi keseimbangan itu akan menciptakan tatanan sosial (social order) dalam proses kehidupan masyarakat saat ini dan waktu yang akan datang.
Demikian pula halnya dalam rangka menciptakan suatu desa yang memiliki ketahanan di bidang sosial, maka dirancanglah model desa berketahanan sosial. Model desa berketahanan sosial merupakan bentuk transformasi sintesa konseptual sampai empirik mengenai pengembangan ketahanan sosial masyarakat melalui pemberdayaan pranata sosial.
Unsur-unsur penting yang tertanam dalam model desa yang berketahanan sosial melalui pemberdayaan pranata sosial, dapat disebutkan sebagai berikut:
1. Saling percaya
2. Sistem hubungan sosial/relasi sosial (interaksi dan komunikasi sosial)
3. Nilai dan norma
4. Wadah/jaringan
5. Pola perilaku sosial
6. Pembekalan
7. Stimulan
8. Adanya langkah-langkah pemberdayaan pranata sosial
9. Supervise, monitoring,evaluasi dan pelaporan
10. Terminasi
Untuk dapat mewujudkan desa yang berketahanan sosial tersebut , komunikasi dan interaksi adalah salah satu factor yang krusial. Fokus interaksi social dalam masyarakat adalah komunikasi itu sendiri, dan komunikasi menjadi unsur penting dalam seluruh kehidupan manusia. Pemberdayaan pranata sosial adalah salah satu upaya dalam mewujudkan desa yang
berketahanan sosial. Dalam pemberdayaan pranata sosial itu sendiri, terdapat komunikasi kelompok yang memfokuskan pembahasannya kepada interaksi diantara orang-orang dalam kelompok-kelompok kecil. Komunikasi kelompok juga melibatkan komunikasi antar pribadi.
Dalam tulisan ini saya mencoba menggambarkan komunikasi apa yang efektif untuk dapat mewujudkan desa yang berketahanan sosial yang salah satu upayanya adalah dengan pemberdayaan pranata sosial. Selain itu juga dalam desa berketahanan sosial salah satu dimensinya menyebutkan mampu memelihara kearifan lokal dalam mengelola sumber daya alam dan sumber daya sosial.
Dalam komunikasi antar budaya juga dipelajari bagaimana kita mampu memahami dan memelihara kearifan lokal tersebut. Pada dasarnya dalam menggapai suatu tujuan yang ingin dicapai , baik individu kelompok maupun masyarakat , yang dalam tulisan ini dititikberatkan pada masyarakat desa dapat dilakukan, salah satunya dengan mencari komunikasi apa yang efektif untuk mewujudkan hal tersebut
1.2. Kerangka Konseptual
Karena komunikasi menjadi unsur penting dalam seluruh kehidupan manusia, maka komunikasi itu sendiri tidak terlepas dari sejarah kemanusiaan Riwayat komunikasi dan Sejarah kemanusiaan Riwayat perkembangan komunikasi antarmanusia adalah sama dengan sejarah kehidupan manusia itu sendiri. Menurut Nordenstreng dan Varis (1973) dalam (Nasution,1989:15), ada empat titik penentu yang utama dalam sejarah komunikasi manusia, yaitu:
1. Ditemukannya bahasa sebagai alat interaksi tercanggih manusia
2. Berkembangnya seni tulisan dan berkembangnya kemampuan bicara manusia menggunakan bahasa
3. Berkembangnya kemampuan reproduksi kata-kata tertulis (written words) dengan menggunakan alat pencetak sehingga memungkinkan terwujudnya komunikasi massa yang sebenarnya.
4. Lahirnya komunikasi elektronik, mulai dari telegraf, telepon, radio, televisi hingga satelit.
Berkembangnya keempat titik penentu dalam sejarah komunikasi merupakan puncak prestos peradaban umat manusia , mengungguli siapapun mahluk Tuhan di alam jagat raya. Dari empat titik ini kemudian manusia berkembang bersama semua aspek kehidupan manusia yang membedakan dengan mahluk lainnya yaitu:
(1) manusia mampu berkomunikasi dengan manusia lain dengan menggunakan bahasa dan simbol-simbol visual lainnya. Dalam teori interaksi simbolis, dikatakan bahwa bentuk interaksi manusia semacam ini merupakan bentuk interaksi terumit dan tercanggih yang pernah dimiliki oleh mahluk mana pun di bumi.
(2) manusia mampu menafsirkan bahasa dan simbol-simbol berdasarkan persepsi dirinya maupun berdasarkan persepsi orang lain. Kemampuan ini merupakan puncak dari kemampuan akal dan nurani manusia yang tidak pernah diberikan Tuhan kepada mahluk apapun di dunia dan dalam tata galaksi manapun di alam raya ini.
(3) manusia mampu belajar menyesuaikan dirinya dengan alam sekitarnya serta menciptakan dan menggunakan alat (teknologi ) yang diperlukan dalam mengatasi lingkungannya.
1.3. Proses Komunikasi Dalam Masyarakat
Masyarakat memiliki struktur dan lapisan (layer) yang bermacam-macam, ragam struktur dan lapisan masyarakat tergantung pada kompleksitas masyarakat itu sendiri. Semakin kompleks suatu masyarakat, maka stuktur masyarakat itu semakin rumit pula. Kompleksitas masyarakat juga ditentukan oleh ragam budaya dan proses-proses yang dihasilkan. Semakin masyarakat itu kaya dengan kebudayaannya, maka semakin rumit proses-proses sosial yang dihasilkan.
Berbagai proses komunikasi dalam masyarakat terkait dengan stuktur dan lapisan (layer) maupun ragam budaya dan proses social yang ada di masyarakat tersebut, serta tergantung pula pada adanya pengaruh dan khalayaknya , baik secara individu, kelompok ataupun masyarakat luas. Sedangkan substansi bentuk atau wujud komunikasi ditentukan oleh:
(1) pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi (komunikator dan khalayak);
(2) cara yang ditempuh;
(3) kepentingan atau tujuan komunikasi;
(4) ruang lingkup yang melakukannya;
(5) saluran yang digunakan; dan
(6) isi pesan yang disampaikan.
Konsep desa berketahanan social Desa berketahanan sosial adalah desa yang masyarakatnya mampu melindungi warganya yang rentan, miskin,dan penyandang kesejahteraan sosial lainnya, mampu meningkatkan partisipasi masyarakatnya dalam organisasi social lokal, mampu mengendalikan konflik social/ tindak kekerasan social dan mampu memelihara kearifan lokal dalam mengelola sumber daya alam dan sumber daya social. Keempat kemampuan tersebut merupakan dimensi atau indikator yang tertanam di dalam desa yang berketahanan sosial. Untuk dapat mewujudkan desa yang berketahanan sosial tersebut , komunikasi dan interaksi adalah salah satu faktor yang krusial. Fokus interaksi sosial dalam masyarakat adalah komunikasi itu sendiri, dan komunikasi menjadi unsur penting dalam seluruh kehidupan manusia. Dalam buku sosiologi pedesaan menyebutkan kerangka pemikiran (Eduard sapir)
Komunikasi sebagai proses meliputi:
a. Proses komunikasi primer,berlaku tanpa alat, yaitu secara langsung dengan menggunakan bahasa, gerakan yang diberi arti khusus, aba-aba dan sebagainya
b. Proses komunikasi sekunder, berlaku dengan menggunakan alat agar dapat melipatgandakan jumlah penerima pesan/amanat, yang berarti pula mengatasi hambatanhambatan geografis (berupa radio,televisi dll), serta hambatan waktu (berupa telepon,radio,buku). Dalam hal ini alat-alat itu merupakan media massa.
Proses komunikasi primer mendasari pola komunikasi tradisional atau pola komunikasi lama dan proses komunikasi sekunder mendasari pola komunikasi baru atau pola komunikasi modern.
1.4. Jaringan Komunikasi Tradisional
Suatu jaringan komunikasi yang masih dianggap sangat penting oleh masyarakat pedesaan; ciricirinya adalah:
a. Hubungan social antara para pelakunya berhadapan muka
b. Hubungan social yang terjadi sifatnya mendalam dan berlaku kepada orang-orang yang berbeda “status”. Sebagai contoh adalah hubungan “patron-klien” atau hubungan bapak pengikut
c. Pemberi pesan/amanat dinilai oleh si penerima pesan dari segi IDENTITASNYA dan bukan dari ISInya
d. Karena jaringan komunikasi tradisional sudah berakhir/sudah lama berjalan, pola tersebut sanggup menyebarkan berita-berita antara warga desanya.
Dalam mewujudkan model desa berketahanan sosial terdapat prinsip pemberdayaan pranata social yang dalam kinerja prosesnya ditandai sebagai kohesi konstruksi proses pemberdayaan terhadap tujuan mewujudkan masyarakat berketahanan social. Dalam Kepmensos RI Nomor 12/HUK/2006 secara implicit terkandung prinsip, bahwa konstruksi proses pemberdayaan pranata social yang koheren adalah segala upaya yang membangun kebersamaan atau silaturahmi seluruh unsur masyarakat untuk mewujudkan masyarakat desa yang berketahanan sosial.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Komunikasi
Definisi komunikasi;
1. Komunikasi merupakan proses pertukaran informasi, gagasan dan perasaan. Proses itu meliputi informasi yang disampaikan tidak hanya secara lisan dan tulisan, tetapi juga dengan bahasa tubuh, gaya maupun penampilan diri, atau menggunakan alta bantu di sekeliling kita untuk memperkaya sebuah pesan ( Hybels and Weafer II, 1992).
2. Komunikasi adalah pernyataan diri yang efektif , pertukaran pesan-pesan yang tertulis, pesan-pesan dalam percakapan, bahkan melalui imajinasi, pertukaran informasi atau hiburan dengan kata-kata melalui percakapan atau dengan metode lain, pengalihan informasi dari seseorang kepada orang lain, pertukaran makna antarpribadi dalam system symbol, proses pengalihan pesan melalui saluran tertentu kepada orang lain dengan efek tertentu
2.2. Model komunikasi Antar Manusia
Dalam kehidupan sehari-hari proses komunikasi diawali oleh sumber (source) baik individu ataupun kelompok yang berusaha berkomunikasi dengan individu atau kelompok lain .
1. langkah pertama yang dilakukan sumber adalah ideation, yaitu penciptaan suatu gagasan atau pemilihan seperangkat informasi untuk dikomunikasikan. Dalam desa berketahanan social kita mencoba mengkomunikasikan konsep desa berketahanan social tersebut dengan keempat indicator yang terdapat didalamnya. Ideation ini merupakan landasan bagi suatu pesan yang akan disampaikan.
2. Langkah kedua dalam penciptaan suatu pesan adalah encoding, yaitu sumber menerjemahkan informasi atau gagasan dalam wujud kata-kata, tanda-tanda atau lambang-lambang yang disengaja untuk menyampaikan informasi dan diharapkan mempunyai efek terhadap orang lain. Pesan atau message adalah alat-alat dimana sumber mengekspresikan gagasan dalam bentuk bahasa lisan, bahasa tertulis ataupun perilaku nonverbal, seperti bahasa isyarat, ekspresi wajah, atau gambar-gambar.
3. Langkah ketiga dalam proses komunikasi adalah penyampaian pesan yang telah disandi (encode). Pada langkah ketiga ini, kita mengenal istilah channel atau saluran, yaitu alat-alat untuk menyampaikan suatu pesan
4. Langkah keempat ,perhatian dialihkan ke penerima pesan. Dalam proses ini , penerima melakukan decoding, yaitu memberikan penafsiran interpretasi terhadap pesan yang disampaikan kepadanya. Pemahaman (understanding) merupakan kunci untuk melakukan decoding dan hanya terjadi dalam dalam pikiran penerima.
5. Tahap terakhir dalam proses komunikasi adalah feedback atau umpan balik yang memungkinkan sumber mempertimbangkan kembali pesan yang telah disampaikannya kepada penerima. Umpan balik inilah yang dapat dijadikan landasan untuk megevaluasi efektivvitas komunikasi (Sendaja, 2002:4.7)
2.3. Pandangan Terhadap Komunikasi
1. Komunikasi sebagai aktifitas simbolik
Karena aktifitas berkomunikasi menggunakan symbol-simbol bermakna baik verbal maupun nonverbal. Symbol komunikasi ini dapat berbentuk tindakan dan aktifitas manusia, atau tampilan objek yang mewakili makna tertentu. Makna dalam hal ini adalah persepsi, pikiran atau perasaan yang dialami seseorang yang pada gilirannya dikomunikasikan kepada orang lain.
2. Komunikasi sebagai proses
Karena komunikasi adalah aktifitas dinamis, aktifitas yang terus berlangsung secara berkesinambungan sehingga terus mengalami perubahan.
3. Komunikasi sebagai pertukaran makna
Kegiatan komunikasi merupakan kegiatan mengirim atau menerima pesan , namun pesan sama sekali tidak berpindah, yang berpindah adalah makna dari pesan tersebut.
2.4. Komunikasi Antar Pribadi
Komunikasi antar pribadi adalah berkomunikasi dengan seseorang secara informal dan tidka berstruktur. Dalam kenyataannya, proses komunikasi antar pribadi dipengaruhi oleh factor-faktor personal maupun kelompok. Factor-faktor personal yang mempengaruhi komunikasi antar pribadi antara lain adalah factor kognitif seperti konsep diri, persepsi, sikap, orientasi diri, dan harga diri. Di dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, hubungan antar pribadi memainkan peran penting dalam membentuk kehidupan masyarakat, terutama ketika hubungan antar pribadi itu mampu memberikan dorongan kepada orang tertentu yang berhubungan dengan perasaan, pemahaman informasi, dukungan dan berbagai bentuk komunikasi yang mempengaruhi citra diri orang serta membantu orang untuk memahami harapan-harapan orang lain,.
Namun demikian, individu yang mempengaruhi proses komunikasi tidak lepas dari pengaruh kelompoknya baik yang primer maupun sekunder, termasuk pula pengaruh media massa terhadapnya. Walaupun komunikasi individu tidak terlepas dari pengaruh kelompok, namun konsep komunikasi ini hanya melihat apa konten dari komunikasi yang dibangun oleh individu masing-masing. Hal ini berbeda dengan komunikasi kelompok, dimana kontennya dipengaruhi oleh motivasi bersama dalam kelompok. Dalam memberdayakan pranata social yang ada di desa diperlukan komunikasi baik secara interpersonal (individu dengan individu) maupun komunikasi kelompok.
2.5. Komunikasi Kelompok
merupakan komunikasi diantara sejumlah orang ( kecil : 4-20 orang, besar: 20-50 orang) di dalam sebuah kelompok. Karakteristik komunikasi dalam kelompok ditentukan melalui dua hal, yaitu norma dan peran. Norma adalah kesepakatan dan pengkajian tentang bagaimana orang-orang dalam suatu kelompok berhubungan dan berperilaku satu dengan lainnya. Peran adalah aspek dinamis dari kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu peran (soekanto, 2002:242)
Proses-proses yang terjadi dalam komunikasi kelompok memungkinkan unsur-unsur kebudayaan, norma sosial, kondisi situasional, tatanan psikologi, sikap mental, konteks tradisi cultural, maupun pengaruh ritual semuanya berproses dan turut menentukan proses-proses komunikasi ini.
Dengan demikian, komunikasi kelompok merupakan proses yang sistematik dan terstruktur serta membentuk suatu sistem yang terdiri dari komponen-komponen sistemnya, seperti konteks komunikator, konteks pesan, dan konstruksi ide, konteks pola interaksi, konteks situasional,konteks sikap-sikap individu terhadap kelompok dan konsep toleransi yang ada dalam kelompok itu sendiri. Karena itu dalam memahami komunikasi kelompok, maka yang diperlukan adalah pemahaman tentang budaya, nilai-nilai, sikap dan keyakinan komunikator, konteksnya, orientasi cultural kelompok,lingustik kelompok, dan serangkaian factor psikologis.
2.6. Komunikasi budaya
Dalam komunikasi budaya diajarkan tentang kearifan local yang merupakan salah satu dimensi dari desa berketahanan social yaitu mampu memelihara kearifan local dalam mengelola sumber daya alam dan sumber daya social. Dalam rangka mencapai dimensi tersebut kita perlu mengetahui apa manfaat dari kearifan local itu sendiri. Banyak yang sepakat bahwa sesungguhnya tradisi-tradisi local dan kebudayaan local (kearifan local) sarat dengan nilai-nilai humanistik, yang jika tidak terkontaminasi dengan nilai-nilai luar masih efektif sebagai solusi konflik. Dan jika kearifan local tetap dipelihara ,dapat menunjang salah satu dimensi desa berketahanan social, yaitu mampu mengendalikan konflik social/ tindak kekerasan social. Oleh karena itu diperlukan komunikasi yang efektif dalam menjaga kearifan local tersebut. Dalam kebudaayaan Jawa, misalnya prinsip harmoni , hingga saat ini diduga menjadi salah satu kekuatan yang bisa meredam konflik yang eksplosif. Inilah sebabnya mengapa di wilayah subkultur Mataram kadar konflik social relative rendah meskipun secara politik dan ekonomi potensial untuk konflik.
Humaniora yang bersumber dari kearifan local semacam itu, kiranya juga dimiliki oleh setiap kebudayaan di daerah. Oleh karena itu, pelbagai upaya untuk mengidentifikasi nilai-nilai local yang humanistic perlu dilakukan , untuk kemudian diinternalisasikan melalui pendidikan keluarga maupun pendidikan sekolah. Reaktualisasi kearifan local semacam ini lambat laun juga akan menjadi dasar dalam etika pergaulan social. Dan oleh karena kearifan local itu sarat mengandung humanism maka akan dapat terjadi cross cutting dalam pergaulan kebudayaan antar daerah di lingkup nasional, sebab humanisme bersifat universal. Proses ini nantinya akan menimbulkan perimpitan antar nilai dari pelbagai daerah sehingga potensial menjadi identitas kebudayaan nasional.
2.7. Komunalisme Desa
System kehidupan komunal merupakan watak dasar desa mengacu pada tipikal paguyuban yang terjadi dalam proses social dan politik desa. Paguyuban dimaksudkan pada tata hubungan masyarakat desa sebagai keluarga besar dimana diliputi kehendak alami seperti nilai sentimen, tradisi dan ikatan umum yang mengatur basis hidup dan sumber daya komunal. Istilah sumber daya menunjukkan banyak aspek penting yang menghubungkan dinamika komunitas dan isu-isu jaminan social dan ekonomi desa. Sumber daya bisa berarti asset, hak milik, pruduk, sarana-sarana, kepunyaan, kemakmuran dan modal. Ini mengarah pada suatu asumsi dasar bahwa system kekeluargaan, kekerabatan dan kesetiakawanan memainkan peran penting dalam penyediaan jaminan social dan ekonomi di desa.
Karakteristik komunalisme desa juga terkait, dengan adanya unsur-unsur yang menjadi kekuatan social desa . Diantaranya solidaritas social, keswadayaan ekonomi, kemandirian politik, dan kekhasan budaya. Pada konteks ini diyakini bahwa dinamika masyarakat desa yang berwujud inisiatif, prakarsa, partisipasi dan emansipasi warga merupakan proses social dan politik yang khas berlangsung di desa. Hal tersebut di atas masuk dalam konteks kearifan local yang dimiliki desa.
Arti komunikasi yang efektif Seluruh proses komunikasi pada akhirnya menggantungkan keberhasilan pada tingkat ketercapaian tujuan komunikasi,yakni sejauh mana para partisipan memberikan makna yang sama atas pesan yang dipertukarkan, itulash yang dikatakan efektifitas komunikasi. Komunikasi yang efektif terjadi jika muncul mutual understanding atau komunikasi yang saling memahami. Yang dimaksudkan dengan saling memahami adalah keadaan dimana seseorang dapat memperkirakan bagaimana orang lain memberi makna atas pesan yang dikirim dan merespon pesan yang diterima. Satu hal yang perlu diingat bahawa timbal balik anatara sender (pengirim pesan ) dan receiver (penerima pesan) tidak sama dengan pernyataan setuju, tetapi hanya sebatas menyatakan bahwa dua pihak sama-sama mengerti makna dari pesan yang dipertukarkan itu.
Berikut ini adalah beberapa konsep yang berkaitan dengan efektifitas komunikasi, yaitu bahwa komunikasi yang efektif harus memperhatikan beberapa syarat (Saudra Hybels and Ricard L .Weaver II, 1992) yaitu:
1. Jenis keterampilan komunikasi macam manakah yang paling banyak dibutuhkan
2. Jenis keterampilan komunikasi manakah yang dirasakan paling sulit
3. Jika ada kesulitan maka dimanakah seseorang dapat memperoleh bantuan
4. Dan kapan jadwal yang tepat untuk memperbarui keterampilan berkomunikasi?
Beberapa aspek yang berkaitan dengan efektifitas komunikasi ( William Gudykunts, 1991) yaitu:
1. Kemampuan untuk memisahkan secara jelas cara-cara, mendeskripsi, interpretasi dan cara mengevaluasi pesan
2. Kemampuan untuk menggunakan umpan balik
3. Kemampuan untuk mendengarkan secara efektif
4. Kemampuan bermetakomunikasi Iklim komunikasi Gudykunts (1977) mengatakan bahwa iklim komunikasi adalah suasana kebatinan saat komuniksi itu berlangsung. Sekurangmkurangnya iklim komunikasi ditentukan oleh tiga dimensi yaitu :
1. perasaan positif, dimana dimensi ini berisi perasaan adil, menyenangkan, aman, menerima dan tingkat kecemasan yang rendah
2. kognitif, dimensi ini meliputi derajat kepercayaan yang kita bawa dalam suasana komunikasi seperti adanya harapan, kepastian, pemahaman, dan memenuhi hasrat ingin tahu
3. dimensi perilaku terlihat dalam tindakan dan keterampilan saat berkomunikasi melalui kata dan perbuatan Wiseman and Hammer (1977) juga menegaskan bahwa untuk mengatasi iklim komunikasi dapat dilakukan dengan cara menciptakan “kebudayaan ketiga” yang lebih netral agar dua pihak dapat menerimanya. Indikasi terciptanya efektifitas komunikasi yaitu:
1. hadirnya iklim yang tidak mengancam
2. terbukanya pintu komunikasi
3. adanya pengelolaan percakapan yang lebih baik
4. dan terwujudnya relasi yang memuaskan kedua belah pihak
Dengan kata lain, dalam rangka menciptakan ”budaya ketiga” itu, kita harus cepat mengidentifikasi factor-faktor pembentuk komunikasi yang positif.
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN DAN SARAN
Kehidupan manusia ditandai oleh dinamika komunikasi. Seluruh umat manusia di dunia benar-benar menyadari bahwa semua kebutuhan hidupnya hanya dapat dipenuhi jika dia berkomunikasi dengan orang lain. Pada akhirnya seluruh proses komunikasi menggantungkan keberhasilan pada tingkat ketercapaian tujuan komunikasi, yakni sejauh mana para partisipan memberikan makna yang sama atas pesan yang dipertukarkan. Untuk dapat mewujudkan desa yang berketahanan sosial, komunikasi dan interaksi adalah salah satu faktor yang krusial.
Fokus interaksi sosial dalam masyarakat adalah komunikasi itu sendiri, dan komunikasi menjadi unsure penting dalam seluruh kehidupan manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Sajogjo, Sajogjo Pudjiwati. 2007. Sosiologi Pedesaan kumpulan Bacaan Jilid2.Yogyakarta.Gajahmada University Press
Ali, Madekhan. 2007. Orang Desa Anak Tiri Perubahan.Lamongan.Averroes Press
Liliweri,Alo. 2003. Makna Budaya dalam Komunikasi Antar Budaya. Yogyakarta. LKiS Yogyakarta
Rahmat, Jalaludin. . Sosiologi Komunikasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar